Minggu, 12 Februari 2012

Pengorbanan Sahabat


PENGORBANAN SAHABAT
Dika dan Dea telah beranjak remaja, keduanya telah duduk dibangku sekolah kelas 1 SMA favorit di kota Lembang ,Bandung. Setiap hari mereka berangkat sekolah bersama-sama dengan bersepeda motor. Kebetulan rumah mereka berdekatan dalam satu gang sebuah perumahan yang cukup elit.
Mereka berdua terlihat kompak dan rukun.boleh dikatakan,dimana ada Dika,disitu ada Dea. Hal itu terhadi karena sejak kecil mulai dari sekolah Taman Kanak-Kanak,mereka sudah berteman jadi,tidak mengharukan apabila mereka berdua menjadi sahabat yang baik.
Pada suatu hari senin,mereka berdua agak kesiangan berangkat ke sekolah. Tak berapa lama setelah memarkirkan sepeda motor mereka,terdengarlah bel pertanda upacara bendera akan segera dilaksanakan. Dengan spontan tangan Dea ditarik oleh Dika sambil berlari-lari kecil menuju keruang kelas untuk meletakkan tas mereka,kerena kebetulan mereka juga satu kelas.
“Aduh Dik,pelan-pelan aja,sakit tahu !”kata Dea bernada manja.
“Ahh...ayo donk,cepat dikit biar tidak terlambat....malu kan ?”kata Dika dengan sedikit memperlambat jalannya,namun tanganya masih menempel pada tangan Dea yang mulus,putih bersih itu. Ya... Dea memang terkenal paling cantik diantara temen-temen sekelasnya.
Diam-diam Dika menaruh hati pada Dea. Dika ingin menjadikan Dea tidak sekedar sebagai sahabat melainkanlebih dari itu yaitu menjadi teman istimewa alias pacar. Namun belum ada keberanian untuk menyampaikan isi hatinya itu kepada Dea. Sebaliknya Dea memandang Dika adalah sebagai teman dekatnya alias sahabat.
Setelah meletakan tas di bangku masing-masing,mereka berdua segera bergegas menuju ke lapangan tengah, tempat upacara bendera hari Senin bersama teman-teman yang lain. Pada saat bersama-sama menuju ke tempat upacara itu secara kebetulan mata Dea menatap teman cowok baru yang biasa disapa Gio. Dea dan Gio saling melempar senyum yang penuh arti.
“Hemm cakepnya cowok itu,”kata Dea dalam hati.
“Aha......,cantik juga ini cewek,”kata Gio penasaran,dalam hati setengah berbisik,”sangat cocok untuk menjadi pacar gue,”katanya dalam hati selanjutnya.
Selama upacara Dea tidak dapat konsentrasi. Gejolak jiwa remajanya muncul sejak bertemu pandang dengan Gio,cowok teman barunya itu. Hatinya berdebar,jantungnya berdetak keras manakala melihat cowok teman barunya itu.
“Mengapa aku jadi aneh kayak gini ya...inikah yang disebut jatuh cinta ?kata Dea dalam hati dengan penuh tanda tanya. Wajah Gio senantiasa hadir dalam angannya. Begitu juga Gio tidak bertepuk sebelah tangan alias penampilan sosok cewek cantik, Dea , yang baru dilihat tersebut.
“Hai.....! Boleh kenalan nggak...? tanya Gio kepada Dea ketika bertemu didepan kantin sekolah.
“Hmmm......Kamu ngomong sama aku?”tanya Dea pura-pura gak tahu bila Gio menyapanya sambil tangannya menunjuk Gio.
“Ya iyalah.....! Emangnya ada cewek lain disebelahku selain kamu?” sahut Gio menanggapi ulah Dea.
“Oooo....aku kira kamu ngomong ke aku...hehehe...,” jawab Dea sambil tersipu-sipu di hadapan Gio, cowok teman barunya yang ganteng itu,” Dea,begitulah teman-teman biasa menyapa aku,” kata Dea menyampaikan identitas dirinya kepada Gio.
“Hmmmm.....Dea..sebuah nama yang cantik secantik orangnya,” kata Gio melontarkan pujian gombalnya.
“Ah,bisa aja kamu,lalu siapa nama kamu?”kata Dea balik bertanya sambil memandang wajah Gio,cowok yang ganteng itu.
Sebelum menjawab pertanyaannya Dea,Gio tersenyum sambil memandang wajah cantik nan lembut dari Dea. Tampaknya Gio sengaja tidak segera menjawab pertanyaan tersebut guna mengambil kesempatan dalam kesempitan untuk saling curi pandang.
Setelah puas dengan saling curi pandang,Gio menjawab sambil bergurau, “Nama aku Gio, nama yang cukup keren,kan? Ha ha ha....!
“Ah, kamu...jangan GR ya!” kata Dea menanggapi ucapan Gio yang bernada canda ria itu. Percakapan dua sejoli yang asyik itu terpaksa berhenti karena terdengar suara bel tanda masuk kelas. Mereka berdua bergegas masuk kekelas masing-masing,sambil memberi kode Kiss bye.
Selanjutnya, usai sekolah seperti biasa Dea dan Dika selalu pulang bersama karena telah lama bahkan sejak kecil mereka berdua sudah bersahabat. Didalam perjalanan pulang tersebut Dea curhat dengan Diak.
“Dika....aku mau curhat,boleh nggak?” kat Dea membuka percakapan dengan harapan Dika bersedia menerima curhatnya.
“Hmmm....boleg, mengapa tidak.... Emangnya curhat apaan sich?”jawab Dika penuh tanda tanya.
“Gini, aku senang dech tadi bisa berkenalan dengan Gio,” kata Dea mengawali kata-kata curhatnya.
“O ya, ngapain kok bisa senang,” kata Dika yang mulai tumbuh benih cemburu.
“Ya.....aku juga gak tahu sich,mengapa aku kok jadi...,” kata Dea yang kesulitan menyusun kata-kata yang tepat.
“Jadi apaan....yang jelas donk kalau bicara,” kata Dika yang mulai dibakar rasa cemburu.
“Dengar dulu,Dik ! Jangan marah gitu, Tadi waktu aku ketemu Gio, hatiku menjadi senang dan berbunga-bunga. Jantungku berdetak keras dan cepat. Apakah hal ini pertanda sedang jatuh cinta, ya?” kata Dea berkata secara terbuka kepada Dika yang dianggapnya sebagai sahabta sejak kecil itu.
Padahal diam-diam ternyata Dika juga menaruh hati alias cinta kepada Dea. Hanya saja Dika belum pernah menyatakan perasaan cintanya kepada Dea. Sementara Dea masih menganggap Dika sebagai teman dekat alias sahabat. Jadi, Dea menganggap hubungannya dengan Dika hanya sabatas berteman biasa. Terjadilah cinta segitiga antara Dea,Gio, dan Dika yang tidak disadari oleh Dea.
Sesampai di rumah, Dika murung dan berusaha untuk melupakan apa yang diceritakan oleh Dea. Sungguh Dika sangat menyesal karena Dea jatuh hati kepada Gio. Padahal dia sangat mengharapkan cinta dari Dea, dan tidak hanya sebatas sebagai teman. Begitu juga Dea,sesampainya dirumah hatinya sudah gelisah membayangkan wajah Gio yang rupawan itu. Rindu hatinya pada Gio tak tertahan lagi, layaknya orang yang sedang dimabuk cinta.
Akhirnya antara Dea dan Gio sepakat untuk berpacaran. Hal ini telah diketahui oleh Dika. Demi menjaga hubungan persahabatannya dengan Dea yang telah berlangsung sejak kecil,maka Dika dengan jiwa besar merelakan Dea berpacaran dengan Gio. Guna menghindari pikirannya yang galau atas kejadian tersebut,maka Dika berencana untuk pindah sekolah kejakarta ikut pamannya yang menjadi dosen di Universitas Indonesia.
Kedua orang tua Dika tidak keberatan memberi izin kepada Dika untuk pindah sekolah ke jakarta ikut pamannya. Setelah selesai mengurus surat-surat pindah,Diak menyempatkan diri menulis surat perpisahan dengan Dea. Surat tersebut dititipkan kepada salah seorang teman sekelasnya bernama Tiara.
“Hai Dea.....! Ada surat buat kamu,” kata Tiara kepada Dea yang sedang asyik membaca diperpustakaan sekolah.
“Surat apaan....? Jangan bergurau ah !” kata Dea setengah tidak percaya ada surat untuknya.
“Masak aku bohong sich. Ini surat dari Dika untuk kamu,” kata Tiara sambil menyerahkan surat dari Dika.
“Apa pesan Dika kepada kamu Tiara?” tanya Dea penasaran.
“Gak banyak kata-kata yang diucapkan oleh Dika. Hanya menyatakan bahwa dia akan pergi jauh dan tidak kembali lagi kesini,” kata Tiara menyampaikan pesan Dika.
Segera surat dari Dika dibuka dengan hati-hati, kemudian dibaca dengan seksama ditemani Tiara. Terlihat air mata Dea menetes membasahi kedua pipinya dan bibirnya menahan perasaan sedih. Ya, Dea sedih setelah membaca surat Dika yang ternyata pindah sekolah kejakarta agar tidak mengganggu kebahagiaan Dea dalam berpacaran dengan Gio. Dea baru tahu bila Dika juga ingin menjadikan Dea sebagai pacarnya dari isi surat tersebut.
“Dika sungguh besar jiwamu. Pengorbananmu demi sahabatmu luar biasa. Selamat....se....se...selamat jalan sahabtaku!” kata Dea lirih dan terbata-bata sambil menangis terisak-isak. Tiara yang sejak tadi menemani Dea merasa iba melihatnya. Diambilnya sapu tangan dan diusapkan air matanya sambil dipeluk dengan penuh kasih sayang.
“Sudahlah Dea....lupakan semuanya, dan doakan semoga Dika baik-baik saja dan sukses dalam menggapai cita-cita,” kata Tiara bernada menghibur.
“Ya, Tiara.....aku kini sadar bahwa sahabat lebih utama dibanding pacara. Tindakan Dika merupakan pengorbanan sahabat yang luar biasa, dan tak akan kulupakan selamanya.” Kata Dea menutup percakapannya dengan Tiara yang telah sabar menemaninya membaca surat dari Dika.

SELESAI

http://vikaindaa.blogspot.com/

KATA MUTIARA ULANG TAHUN UNTUK SAHABAT


Dikala sang surya mulai memancarkan sinarnya
Disaat itu pula rembulan berhenti bercahaya
Membuat kita lupa bahwa kita semakin dewasa
Seiring berjalanya waktu…
Bagai panah yang lepas dari busurnya
itulah usia kita….
yang selalu bertambah dan takkan pernah kembali….
Sesuatu yang telah terjadi di masa lalu…
Takkan mungkin terulang kembali…
Walaupun kadang ingin kita ulangi,
Suatu kejadian yang terlalu indah untuk dilupakan
Sahabat……
Tiada kado yang lebih berharga di hari ulang tahun mu
Selain kata
selamat ulang tahun
Tiada do’a yang bisa kupanjatkan
Selain do’a
semoga panjang umur dan bahagia
Tiada harapan yang bisa kurangkai dengan indah
Selain harapan
Kedewasaan untuk mengantarkanmu menuju Kesuksesan
Untukmu, Keluarga dan sahabat yang selalu aku cintai

KATA-KATA LUCU UNTUK SAHABAT

Gue rugi berteman ama loe
Yang ada gue bayarin loe melulu
dari sendal ampe baju
Bahkan makan tahu juga harus gue

Tapi biarlah
Biarkan gue mengalah
Demi sahabat gue gak papalah
Tapi utang gue sama loe gak tak bayar gak pa pa yah, peace

KATA-KATA LUCU UNTUK SAHABAT


Gue rugi berteman ama loe
Yang ada gue bayarin loe melulu
dari sendal ampe baju
Bahkan makan tahu juga harus gue

Tapi biarlah
Biarkan gue mengalah
Demi sahabat gue gak papalah
Tapi utangku sama loe gak tak bayar gak pa pa yah, peace